Entri Populer

Senin, 25 Oktober 2010

TAHAPAN DAN SIKLUS DALAM PTK

PEMAHAMAN TENTANG PTK
Oleh TRI PANJIANTO

 PERTANYAAN
Penelitian tindakan kelas (PTK). Kata itu sering didengar, bahkan sudah ada yang pernah melakukan, tetapi tidak sadar bahwa yang dilakukannya adalah PTK. PTK sering dibicarakan dalam kegiatan seminar. Berdasarkan pengalaman penulis saat menjadi pembicara dalam kegiatan seminar, pertanyaan yang sering dikemukakan adalah (1) Apa sajakah tahapan yang harus dilakukan dalam PTK ? (2) Minimal berapa kali siklus yang harus dilakukan?
 
JAWABAN:
(1) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan berdasarkan siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (action), (c) observasi (observation), dan (d) refleksi (reflective). Langkah-langkah itu harus dilakukan. Guru harus sudah menemukan apa masalah yang dihadapinya saat mengajar di kelas. Kejujuran guru untuk berani mengatakan ada masalah atau ada sisi-sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi, merenung, serta berpikir balik mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam proses perenungan yang dilakukan guru akan terbuka peluang untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini selalu dilakukannya secara tanpa disadari.
Permasalahan yang dihadapi guru sebaiknya didiskusikan dengan teman sejawat atau menggunakan wadah MGMP bidang studi. Jika memungkinkan kepada LPTK  dalam arti ada akses untuk berkomunikasi dengan dosen di LPTK. Hasil diskusi direncanakan untuk dilakukan perubahan proses belajar mengajar. Pada tahap pertama, yaitu perencanaan. Harus disusun perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini harus dirancang tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Guru dan teman penelitian harus berdiskusi dalam merancang tindakan. Ini dilakukan untuk menghindari unsur subyektivitas pengamat.
Guru dan teman peneliti harus tetap memperhatikan SK dan KD. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar harus tetap sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Materi yang akan diberikan kepada siswa karena berdasarkan KKM (kriteria ketuntasan minimal) nilai siswa banyak yang rendah. Oleh karena itu, pemilihan materi, metode pembelajaran, media, dan evaluasi harus dirancang sebaik mungkin. Penyusunan perencanaan pembelajaran sebaiknya sesuai dengan kelas dan kondisi sekolah. Apabila sudah dirancang dan disepakati bersama (berkolaborasi dengan teman), maka sudah siap untuk diterapkan di kelas.
Tahap kedua adalah melaksanakan tindakan. Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah dirancang sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru harus tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku. Hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan teman peneliti untuk dapat mempertajam refleksi dan evaluasi yang telah dilakukan di kelas.
Guru yang berperan sebagai guru model harus sudah siap. Skenario tindakan harus dilaksanakan benar-benar, harus tampak, dan berlaku wajar. Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan dan peningkatan yang diinginkan. Guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanaknnya.
Tahap ketiga adalah pengamatan atau observasi. Pengamatan tindakan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Teman yang bertugas mengamati proses belajar mengajar harus mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun bersama. Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis, (b) rubrik, (c) lembar observasi, dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa, reaksi siswa selama kegiatan belajar-mengajar, atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Tahap keempat adalah refleksi. Berdasarkan hakikat PTK, maka refleksi menjadi sangat penting dalam penelitian ini. PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Refleksi adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi dilakukan dengan cara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi selama kegiatan belajar-mengajar. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.  Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalaha dapat teratasi.
(2) Pelaksanaan siklus dalam PTK. Jika kita amati, PTK memiliki kelemahan. Kelemahan itu adalah (a) validitas. Inilah yang sering dipertanyakan. Para peneliti lain meragukan kevaliditasan dan kesahihan PTK. Metode penelitian dalam PTK masih tampak longgar atau lebih bersifat informal. Selain itu, kesahihan PTK juga diragukan. Dicurigai guru bisa mengubah data yang diperoleh dalam penelitian. (b) generalisasi. Hasil PTK yang telah dilakukan guru tidak dapat digeneralisasikan. Hasil PTK terkait dengan siswa dan hasil belajar di kelas tertentu. Peneliti tidak dapat menyimpulkan satu teknik tertentu sangat efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena sampel penelitian hanya satu kelas. Berdasarkan kelemahan tersebut, untuk menghindari hasil penelitian tidak diakui atau diragukan oleh peneliti lain, akan lebih baik jika siklus yang dilakukan dalam penelitian minimal dua sikLUS

6 komentar:

  1. SILAHKAN TINGGALKAN PESAN


    SAYA BERHARAP BAGI TEMAN TEMAN PENIKMAT BLOG SAYA,,, MOHON TINGGALKAN PESAN UNTUK KEMAJUAN BLOG PENDIDIKAN INI

    BalasHapus
  2. saya ucapkan terimakasih kepada sdr TRI PUJIANTO yang telah menyediakan blog ini untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususna , dan agar blog ini semakin dapat diaplikasikan di lapangan dengan mudah mohon untuk sistematika tahapan dan pelaporan PTK dapat didetailkan. dan upaya yg bagaimana agar PTK dapat diakui oleh LPMP atau dinas pendidikan .

    BalasHapus
  3. terima kasih artikel yang membantu

    BalasHapus